Terobosan Baru
Strategi Meningkatkan
Pendapatan PTS, Kualitas Pendidikan PTS, dan Sumber Daya PTS
Pada bagian ini diuraikan terobosan baru yang perlu dilakukan Perguruan Tinggi Swasta (PTS), sehingga dapat mempercepat peningkatan kualitas PTS, yaitu :
Peningkatan kualitas pendidikan dan pengajarannya.
Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya PTS (dosen, karyawan, mahasiswa, alumni, sarana dan prasarana, dsb).
Peningkatan kesejahteraan dosen dan karyawan.
Peningkatan pendapatan PTS.
Terobosan baru ini sekaligus melengkapi pelaksanaan amanat UUD 45 Pasal 31 ayat (1) (52 kb) bahwa "Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan". Padahal diantara warga negara terdapat sebagian masyarakat yang memiliki waktu luang berbeda dengan Program Reguler, yaitu masyarakat yang berasal dari dunia kerja (karyawan, pengusaha, dsb).
Terlebih lagi DPR dan Pemerintah sejak tahun 2003 mendorong hal tersebut melalui UU-RI No.20 Th. 2003 (54 kb) tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bahwa "Pendidikan Tinggi diselenggarakan dengan Sistem Terbuka".
Di Penjelasan UU Sisdiknas ditulis : "Pendidikan dengan sistem terbuka adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan (multi entry-multi exit system). Peserta didik dapat belajar sambil bekerja, atau mengambil program-program pendidikan .... dst."
Terobosan baru yang dimaksud adalah turut aktif memberi kesempatan kepada masyarakat dari dunia kerja untuk meningkatkan pendidikan tingginya secara layak dan bermutu.
Hal ini diwujudkan dalam bentuk Program Perkuliahan Karyawan (P2K), yang penyelenggaraannya harus memenuhi dua syarat mutlak di bawah ini (memenuhi keduanya, bukan salah satu), yaitu :
1.
Penyelenggaraan P2K harus sesuai dengan norma dan kaidah akademik (harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan).
2.
Penyelenggaraan P2K harus sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Beberapa PTS sebenarnya telah membuat terobosan baru dengan berusaha menyelenggarakan P2K ini. Namun sebagian dari PTS terkait gagal dalam penyelenggaraannya, sebagian lagi berhasil, namun keberhasilannya tidak dapat mempercepat peningkatan kualitas PTS. Dan hanya sebagian kecil yang benar-benar berhasil menyelenggarakannya sekaligus berhasil mempercepat peningkatan kualitas PTS, sebagaimana diuraikan di atas.
Penyebab kegagalan penyelenggaraan P2K atau kegagalan mempercepat peningkatan kualitas PTS, seperti berikut ini.
1.
Penyelenggaraan P2K tidak sesuai dengan dua persyaratan mutlak tersebut di atas, yaitu tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan/atau tidak sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
2.
PTS terkait sulit untuk fokus meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajarannya, dikarenakan :
a. masih disibukkan oleh kegiatan marketing untuk penerimaan mahasiswa baru;
b. dan juga disibukkan oleh pendanaan terhadap kegiatan belajar-mengajarnya.
Sebagaimana diketahui, bahwa PTS di negara maju dapat fokus meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajarannya, dikarenakan mereka tidak disibukkan oleh dua kegiatan tersebut di atas (marketing dan pendanaan). Peran tersebut dikelola oleh lembaga lain berupa konsultan yang bekerja sama dengan perguruan tinggi terkait.
3.
PTS terkait sulit untuk "kompak", sehingga seluruh komponen di PTS terkait tidak dapat menjadi sebuah "tim besar" yang mengarah ke satu titik (sesuai visi dan misi PTS tsb).
Pada umumnya PTS terkait kurang berhasil dalam menyelenggarakan program regulernya, yang sangat bergantung pada "citra PTS". Sedangkan untuk Program Perkuliahan Karyawan (P2K) relatif hanya sedikit bergantung pada citra PTS, namun sangat bergantung dari marketing yang terus-menerus, setiap saat, sebagaimana diuraikan dalam "hasil riset KPT tentang Reguler dan Program Perkuliahan Karyawan (P2K)". Sehingga kondisinya dapat terbalik, penyelenggaraan P2K-nya berhasil, namun regulernya kurang berhasil.
Disinilah pentingnya peranan seluruh pemimpin di PTS tersebut untuk kompak, mulai dari pimpinan unit, pimpinan jurusan, fakultas sampai pimpinan tertinggi; semua melaksanakan misi dan visi yang sama terhadap PTS-nya, meninggalkan ego sektoral, mengutamakan kepentingan bersama, saling membantu antar jurusan, antar fakultas, antar biro, antar unit, saling mengisi, menjadi sebuah tim besar yang kompak.
Hasil riset ini dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan strategi marketing yang akan diterapkan PTS terkait. Baik untuk penerimaan mahasiswa baru program reguler maupun P2K (bila akan menyelenggarakannya).
Pada website ini juga diuraikan mengenai peran KPT dalam mendukung PTS, serta diuraikan mengenai keuntungan PTS bila melakukan terobosan baru tersebut (menyelenggarakan P2K dengan benar).
Tujuan utama pendirian KPT oleh Gilland Group, untuk menyalurkan aktifitas sosialnya (komitmen sosial pendidikan) dalam hal turut aktif mencerdaskan bangsa.
Sesuai tujuan utama tersebut, maka KPT tidak merahasiakan strategi marketing yang digunakan, dan diuraikan di website ini, termasuk konsep dasarnya. Dengan harapan dapat menjadi masukan bagi PTS dalam melaksanakan marketing untuk program reguler, maupun untuk marketing P2K bila akan dilaksanakan sendiri.
» PTS fokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran P2K.
» KPT fokus pada marketing dan pendanaan penyelenggaraan P2K.
Kerjasama KPT dan PTS, ditandai dengan penandatanganan MOU oleh masing-masing pimpinan, atas nama lembaga masing-masing, bukan atas nama pribadi, sehingga bila ada pergantian pimpinan pada masing-masing lembaga, tidak berpengaruh terhadap kerjasama tersebut.
Begitu selesai penanda-tanganan MOU tersebut, KPT langsung mulai melaksanakan kegiatan marketing untuk P2K PTS terkait, yang seluruh marketingnya dibiayai KPT sesuai "Komitmen Sosial" Gilland Group. Sehingga PTS terkait dapat benar-benar fokus mempersiapkan kegiatan akademik semester awal, dan pada semester selanjutnya PTS terkait dapat fokus meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran di Perkuliahan Karyawan tsb.
Untuk marketing awal membutuhkan biaya minimal sebesar Rp 600 juta - Rp 2,3 Milyar, tergantung dari tingkat kesulitan marketingnya, jumlah program studinya, prospek tidaknya program studi terkait, tinggi-rendahnya citra PTS terkait di masyarakat, tinggi-rendahnya biaya studi, strategis tidaknya lokasi PTS (sulit-tidaknya lokasi PTS dijangkau masyarakat), menarik tidaknya bangunan fisik PTS terkait, lengkap tidaknya fasilitas PTS, akreditasinya, dsb-nya.
Seluruh biaya tersebut ditanggung KPT (disubsidi Gilland Group), biaya tersebut digunakan untuk marketing selama 4 - 7 bulan (tergantung tingkat kesulitan marketingnya).
Semakin mahal biaya pendidikannya, maka dibutuhkan biaya marketing yang semakin besar. Semakin rendah prospek jurusannya, maka semakin tinggi biaya marketingnya. Semakin sulit dijangkau lokasi PTS-nya, maka semakin besar biaya marketing yang harus dikeluarkan. Dan seterusnya.
Perbandingan biaya marketing internet dan non internet, umumnya 5 berbanding 1 - 2,1 yaitu 5 untuk internet dan 1 - 2,1 untuk non internet (bergantung pangsa pasarnya atau konsumen yang akan dijadikan target, baik konsumen utama maupun konsumen sekundernya).
Dalam bagian kerjasama KPT dengan PTS-PTS tersebut, juga diuraikan berbagai kegiatan marketing awal yang dilakukan KPT, termasuk didalamnya melakukan kontrak kerja dengan jaringan website terbesar di Indonesia, yang dikelola Gilland Group; antara lain :
» mendesain minimal 415.000 website P2K khusus untuk PTS terkait;
» memasukkan PTS tsb ke minimal 11,7 juta website P2K;
» mengiklankan P2K PTS tsb di minimal 21,7 juta website;
Jumlah minimal tersebut di atas merupakan jumlah awal yang dibutuhkan agar marketing internetnya berhasil. Selanjutnya jumlah ini ditambah terus-menerus sesuai anggaran yang tersedia ditambah dengan subsidi yang diberikan Gilland Group.
Subsidi tersebut memang harus terus-menerus diberikan, karena sudah pasti tidak cukup bila hanya mengandalkan anggaran yang tersedia. Hal ini dikarenakan pendidikan adalah usaha sosial (usaha nirlaba), sehingga dibutuhkan komitmen sosial yang tinggi bila turut aktif terjun di pendidikan, baik langsung maupun tidak langsung. Keuntungan dalam mengelola pendidikan adalah mencerdaskan masyarakat, meningkatkan SDM Bangsa Indonesia. Serta itu semua merupakan "amal yang tidak akan terputus" dan sesuai "law of attraction", Tuhan akan selalu memberi balasan/hadiah berlipat-lipat.
PTS-PTS yang telah bekerjasama dengan KPT, sebagaimana diuraikan dalam daftar website di bawah ini.
Daftar Website Perkuliahan Karyawan (masing-masing PTS lebih dari 415.000 website)
Untuk melihat daftar website masing-masing PTS, silakan klik singkatan PTS nya
Gilland Group adalah grup perusahaan (PT. Gilland Ganesha, PT. Kreasi Pranata Terpadu, Yayasan Kebangkitan Pendidikan Indonesia (YKPI), CV. Indragung, CV. Laris, CV. Flamboyan, dsb.) yang bergerak di bidang Jaringan Website (Internet), Iklan, Marketing, Peternakan, Vila, dsb. Sedangkan aktifitas sosial (komitmen sosial pendidikan) Gilland Group dalam hal turut aktif mencerdaskan bangsa, disalurkan melalui divisinya yaitu KPT (Konsultan Pendidikan Tinggi) dan YKPI.
Saat ini jaringan website milik Gilland Group terdiri dari 3.128 domain (dengan 231 ribu sub per domain sehingga = 722,6 juta website) berada dalam 207 server kualitas tinggi; dengan jumlah klik rata-rata sampai hari ini 17.624.523 klik/hari (204,0 klik/detik).
Secara bertahap jumlah klik/detik serta jumlah server kualitas tinggi ditingkatkan dan dikembangkan, serta dilakukan pengembangan jejaring sosial civitasbook.com, search engine cangkok.com, dan e-learning (distance/online learning) yang terintegrasi dengan seluruh domain yang kami miliki serta terhubung dengan seluruh PTS (Perguruan Tinggi Swasta) di Indonesia yang bekerja sama dengan kami.
Terakhir diupdate/diproses tanggal May 5, 2024 at 20:44:58